Keterbatasan lahan menjadikan tumpangsari merupakan salah satu strategi
budidaya tanaman kedelai agar tetap berproduktivitas tinggi. Secara
tradisional tumpangsari digunakan untuk meningkatkan diversivitas produk
tanaman dan stabilitas hasil tanaman.
Keuntungan penanaman secara
tumpangsari antara lain dapat memudahkan pemeliharaan, mengurangi risiko
kegagalan panen, meningkatkan produktivitas lahan, lebih efisien tenaga
dan waktu, hemat dalam pemakaian sarana produksi, dan mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Untuk mewujudkan swasembada
jagung dan kedelai di Indonesia, cara tanam tumpangsari dapat
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi.
Dalam tumpangsari kedelai dan
jagung, tanaman kedelai sebaiknya lebih diperhatikan daripada jagung
karena fisiknya lebih pendek sehingga lebih mengalami keterbatasan ruang
hidup. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya tumpangsari
kedelai dan jagung antara lain:
- Pengaturan jarak tanam, jumlah baris tanaman kedelai dalam jarak tanaman jagung,
- Waktu tanam antara kedelai dan jagung serta jenis varietas kedelai.
- Jarak tanam terlalu sempit akan menyebabkan terjadinya kompetisi air, unsur hara dan cahaya matahari yang semakin tinggi, sehingga pertumbuhan dan hasil kedelai maupun jagung tidak optimal.
- Jarak ideal tanaman kedelai adalah 20 cm x 20 cm dan jarak ideal tanaman jagung adalah 40 cm x 40 cm.
- Jarak tanam tersebut akan menentukan jumlah baris tanaman kedelai dalam jarak tanam jagung yang ditumpangsarikan. Misalnya jika jarak tanam jagung tumpangsari 70 cm x 40 cm, maka akan terdapat tiga baris tanaman kedelai dalam satu jarak tanam jagung.
- Penanaman kedelai 4 baris dalam satu kolom (jarak tanam) jagung dapat memberikan hasil lebih banyak dibanding jumlah baris kedelai kurang dari 2
- Pengaturan jarak tanam juga bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih antara kedelai dengan tanaman lain yang menyebabkan tanaman kedelai ternaungi dan kurang mendapat sinar matahari. Naungan pada tanaman kedelai menyebabkan tingginya produksi etilen yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kedelai yang ternaungi
oleh tanaman lain dapat diatasi dengan menanam varietas yang toleran
naungan. Tiap varietas kedelai mempunyai kemampuan toleransi terhadap
naungan berbeda-beda. Tanaman Wilis disinyalir mempunyai tingkat
toleransi terhadap naungan lebih tinggi dibandingkan Anjasmoro dan
Edamame. Setiap varietas mempunyai perbedaan respon terhadap kehadiran
tanaman jagung dalam sistem tumpang sari.
Ketidakmampuan tanaman kedelai
merespon kehadiran tanaman jagung akan mengakibatkan produksi kedelai
rendah demikian pula sebaliknya. Terdapat varietas kedelai yang harus
ditanam lebih awal dari jagung, agar pada masa kritisnya tidak terganggu
oleh kompetisi jagung dalam memperoleh unsur hara dalam tanah dan
terdapat pula varietas yang tetap berproduksi tinggi meskipun ditanam
pada saat yang sama. Wilis terbukti lebih berpotensi dibanding varietas
Pangrango, Kipas Putih, dan Slamet untuk ditanam secara umpangsari dengan jagung dengan waktu tanam bersamaan dan mempunyai nilai NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan) atau LER (Land Equivalent Ratio) tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar