BPP Woja Jln. Lintas Wawonduru Kec. Woja Kabupaten Dompu, Tempat Berkumpulnya Para Penyuluh Pertanian dan Tempat Konsultasinya Pelaku Utama

Rabu, 14 Agustus 2019

KAJIAN TUMPANGSARI KEDELAI DAN JAGUNG BPP WOJA

Keterbatasan lahan menjadikan tumpangsari merupakan salah satu strategi budidaya tanaman kedelai agar tetap berproduktivitas tinggi. Secara tradisional tumpangsari digunakan untuk meningkatkan diversivitas produk tanaman dan stabilitas hasil tanaman. 

Keuntungan penanaman secara tumpangsari antara lain dapat memudahkan pemeliharaan, mengurangi risiko kegagalan panen, meningkatkan produktivitas lahan, lebih efisien tenaga dan waktu, hemat dalam pemakaian sarana produksi, dan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Untuk mewujudkan swasembada jagung dan kedelai di Indonesia, cara tanam tumpangsari dapat dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. 

Dalam tumpangsari kedelai dan jagung, tanaman kedelai sebaiknya lebih diperhatikan daripada jagung karena fisiknya lebih pendek sehingga lebih mengalami keterbatasan ruang hidup. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya tumpangsari kedelai dan jagung antara lain: 
  1. Pengaturan jarak tanam, jumlah baris tanaman kedelai dalam jarak tanaman jagung, 
  2. Waktu tanam antara kedelai dan jagung serta jenis varietas kedelai. 
  3. Jarak tanam terlalu sempit akan menyebabkan terjadinya kompetisi air, unsur hara dan cahaya matahari yang semakin tinggi, sehingga pertumbuhan dan hasil kedelai maupun jagung tidak optimal. 
  4. Jarak ideal tanaman kedelai adalah 20 cm x 20 cm dan jarak ideal tanaman jagung adalah 40 cm x 40 cm. 
  5. Jarak tanam tersebut akan menentukan jumlah baris tanaman kedelai dalam jarak tanam jagung yang ditumpangsarikan. Misalnya jika jarak tanam jagung tumpangsari 70 cm x 40 cm, maka akan terdapat tiga baris tanaman kedelai dalam satu jarak tanam jagung. 
  6. Penanaman kedelai 4 baris dalam satu kolom (jarak tanam) jagung dapat memberikan hasil lebih banyak dibanding jumlah baris kedelai kurang dari 2
  7. Pengaturan jarak tanam juga bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih antara kedelai dengan tanaman lain yang menyebabkan tanaman kedelai ternaungi dan kurang mendapat sinar matahari. Naungan pada tanaman kedelai menyebabkan tingginya produksi etilen yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. 
Kedelai yang ternaungi oleh tanaman lain dapat diatasi dengan menanam varietas yang toleran naungan. Tiap varietas kedelai mempunyai kemampuan toleransi terhadap naungan berbeda-beda. Tanaman Wilis disinyalir mempunyai tingkat toleransi terhadap naungan lebih tinggi dibandingkan Anjasmoro dan Edamame. Setiap varietas mempunyai perbedaan respon terhadap kehadiran tanaman jagung dalam sistem tumpang sari. 
 
Ketidakmampuan tanaman kedelai merespon kehadiran tanaman jagung akan mengakibatkan produksi kedelai rendah demikian pula sebaliknya. Terdapat varietas kedelai yang harus ditanam lebih awal dari jagung, agar pada masa kritisnya tidak terganggu oleh kompetisi jagung dalam memperoleh unsur hara dalam tanah dan terdapat pula varietas yang tetap berproduksi tinggi meskipun ditanam pada saat yang sama. Wilis terbukti lebih berpotensi dibanding varietas Pangrango, Kipas Putih, dan Slamet untuk ditanam secara umpangsari dengan jagung dengan waktu tanam bersamaan dan mempunyai nilai NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan) atau LER (Land Equivalent Ratio) tertinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar