Sebagai sumber hara, pupuk merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Masalahnya adalah penggunaan pupuk kimia secara terus menerus pada dosis tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan, dan menurunkan tingkat efsiensi penggunaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu upaya meningkatkan efsiensi pemupukan dengan mengelola pupuk secara tepat sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi lahan agar produktivitas tinggi.
Beberapa faktor yang akan menentukan efsiensi penggunaan pupuk antara lain:
- macam tanah
- pengelolaan hama dan penyakit
- varietas padi
- waktu pemberian pupuk
- musim dan waktu tanam
- sumber/macam pupuk
- tataguna air
- rotasi tanaman, dan
- pengendalian gulma.
Dalam praktek, efsiensi pemupukan ditingkatkan dengan cara-cara:
- pupuk setelah disebar rata dicampur atau diaduk dengan lumpur, misalnya pemupukan bersamaan dengan menggaru atau melandak rumput, sehingga kehilangan pupuk tidak terjadi
- pemupukan dilakukan pada saat air tidak mengalir, tetapi tanah dalam keadaan macak-macak, sehingga pupuk yang larut segera diikat oleh partikel-partikel halus dalam tanah, dan
- Penetapan kebutuhan dan waktu aplikasi pupuk berdasarkan alat bantu seperti Bagan Warna Daun untuk pupuk Nitrogen.
Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian Bagan Warna Daun (BWD) dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15 – 20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil.
Maka sebaiknya setiap petani harus memiliki bagan warna daun tersebut Bagan warna Daun (BWD) adalah alat bebentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi.
Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai warna hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna dikotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk.
Teknik Pemupukan Tanaman Padi
Teknik pemupukan tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran secara pasti dosis dan waktu yang ditentukan, karena banyak sekali faktor yang harus diperhatikan. Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di tempat satu dengan yang lainnya, tentu juga memerlukan cara-teknik yang berbeda dalam pemupukan tanaman padi.
Teknik 1
Jika kita menggunakan kombinasi pupuk tunggal (Urea, SP-36 dan KCI) perbandingan pupuk masing-masing jenis per hektar adalah sebagai berikut:
- Pupuk Nitrogen (Urea) : 200 kg - 250 kg
- Pupuk Phospor (SP36) : 100 kg - 150 kg
- Pupuk Kalium (KCl) : 75 kg - 100 kg.
Selanjutnya waktu pemberian pupuk pada tanaman padi juga perlu perhitungan yang pas karena sangat bervariasi dan berbeda satu dengan lainnya. Sebagai gambaran adalah sebagai berikut, jika kita mengacu pada rekomendasi di atas, maka lakukan beberapa langkah sebagai berikut:
- Lakukan penyebaran pupuk SP36 sesuai dosis ke lahan sawah, satu hari sebelum penanaman bibit.
- Setelah umur 7 hari setelah tanam, lakukan penyebaran pupuk urea ±30 persen (±70 kg) dan pupuk KCl sebesar 50 persen (±40 kg).
- Setelah umur 20 hari, lakukan penyebaran urea sebesar 40 persen.
- Setelah umur 30 hari, lakukan penyebaran urea 30 persen dan KCl 50 persen.
Teknik 2.
Jika kita menggunakan dosis pupuk seperti dosis diatas (urea, SP36 dan KCI) dan dengan pengecekan warna daun dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), kita bisa melakukan cara tanam seperti berikut:
- Satu hari sebelum tanam, sebarkan pupuk SP36 hingga 100 persen.
- Setelah umur 7 hari, sebarkan pupuk urea 30 persen dan KCl 50 persen.
- Setelah proses ini, lakukan pengecekan (tes) terhadap warna daun dengan BWD setiap seminggu sekali. Yang perlu kita perhatikan misalnya cek apakah kita butuh penambahan urea atau tidak, jika memang dirasa perlu lakukan penambahan urea kira-kira 10 persen saja. Lakukan pengecekan secara berkala sampai tanaman padi berumur 40 hari.4. Setelah mencapai umur 30 hari berikan lagi KCl 50 persen.
Teknik 3
Jika menggunakan urea dan NPK (Ponska) dengan perbandingan ukuran 100 kg urea dan 300 kg Ponska, per hektar maka :- 7 hari setelah tanam, tebarkan urea 30 persen dan Ponska 50 persen.
- Umur 20 hari setelah tanam, berikan lagi urea 40 persen.
- Umur 30 hari setelah tanam, tambahkan urea 30 persen dan Ponska 50 persen.
- Apabila kita menggunakan BWD, maka setelah umur 7 hari, kita tidak perlu memberikan urea, tetapi cukup memberikan Ponska 50 persen. Selanjutnya setelah satu minggu lakukan pengetesan dengan BWD dan jangan lupa jika hasil belum maksimal maka tambahkan urea kira-kira 10 persen lagi. Pengetesan dilakukan setiap seminggu sekali dengan BWD.
- Umur 30 hari setelah tanam, sebarkan lagi Phonska 50 persen sisanya.
Teknik 4
Selanjutnya untuk penggunaan urea dan NPK Pelangi dengan komposisi 100 kg urea dan 300 kg NPK/ha.- Sehari setelah tanam, berikan NPK pelangi 100 persen.
- Umur 7 hari berikutnya, berikan urea 30 persen.
- Umur 20 hari setelah tanam, berikan urea 40 persen.
- Umur 30 hari setelah tanam, berikan urea 30 persen sisanya.
- Bagi yang menggunakan BWD, aturannya adalah sehari setelah tanam berikan NPK Pelangi 100 persen.
- Umur 7 hari setelah tanam, silakan test dengan BWD, lalu lakukan seperti cara (di atas) jika hasil test BWD belum sesuai harapan.
Sedangkan untuk Phonska rekomendasi pemupukan tanaman padi sbb:
- Penggunaan awal tanam 150 kg Ponska + 100 kg ZA.
- 15 hari setelah tanam, 150 kg Ponska + 50 ZA
- 35 hari setelah tanam, 100 kg Urea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar