BPP Woja Jln. Lintas Wawonduru Kec. Woja Kabupaten Dompu, Tempat Berkumpulnya Para Penyuluh Pertanian dan Tempat Konsultasinya Pelaku Utama

Senin, 30 Maret 2020

BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH DAN PADI GOGO



PENDAHULUAN

Selam a  ini  produksi  padi  nasional  m asih  mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya  debit  air.  Dilain  pihak  lahan kering  tersedia  cukup  luas  dan  pemanfaatannya  untuk  pertanaman  padi  gogo belum  optimal,  sehingga  ke  depan  produksi  padi  gogo  juga  dapat  dijadikan andalan produksi padi nasional.
Salah   satu   tantangan   dalam   pembangunan   pertanian   adalah   adanya
kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya alam terus  menurun sehinga  perlu  diupayakan  untuk  tetap  menjaga kelestariannya.  Demikian  pula  dalam  usahatani  padi  agar  usahatani  padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan.
Salah    sa tu    strategi    dalam    upay a    pencapaian    produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian di suatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi   usahatani   padi   dengan   menggabungkan  komponen  teknologi
yang  memiliki  efek  sinergistik.  Artinya  tiap  komponen  teknologi  tersebut  saling
menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.



SYARAT TUMBUH

Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan
>200  mm  dan  tersebar  secara  normal  atau  setiap  minggu  ada  turun  hujan
sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24 - 290C.
Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras. Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum berkisar antara
5,5-7,5. Permeabilitas pada sub horison kurang dari 0,5 cm/jam. Kriteria kesesuaian  lahan  dan  iklim  untuk  tanaman  padi  sawah  dan  padi  gogo dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Selain  agroekosistem,  cara  pengelolaan  tanaman  juga  mempengar uhi keberlanjutan    agribisnis    padi.    Dengan    mener apk an    pengelolaan tanam an  terpadu  (PTT)  keberlanjutan  agribisnis  padi  dapat  diwujudkan. Saat  ini  hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo.


TEHNIK BUDIDAYA

A. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu:
1.     Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2.                 Sinergis  :  PTT  memanfaatkan  teknologi  pertanian  terbaik  dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi
3.    Spesifik   lokasi   :   PTT   memperhatikan   kesesuaian   teknologi   dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat
4.    Partisipatif  :  berarti  petani  turut  berperan  serta  dalam  memilih  dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setem pat d an ke m ampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan

Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara-- cara mengatasi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.

Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:
1.    Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi,
2.    Benih bermutu dan berlabel,
3.    Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi),
4.    Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Komponen Teknologi Pilihan dalam PTT yaitu :

1.   Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang.
2.   Peningkatan populasi tanaman,
3.    Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah.
4.    Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,
5.    Pengendalian gulma
6.    Panen tepat waktu,
7.    Perontokan gabah sesegera mungkin.


Varietas Unggul
Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk memutus  siklus  hidup  hama  dan  penyakit.  Saat  ini  telah  tersedia berbagai varietas  unggul  yang  dapat  dipilih  sesuai  dengan kondisi wilayah, mempunyai produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai Contohnya varietas  unggul  baru  yang  dapat  dikembangkan  di  Provinsi  Aceh  antara  lain varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang, Cigeulis, 



Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
o Mer endam   benih   dalam   larut an   garam   dengan   menggunakan indikator telur. Telur diletakkan didasar air dan  masukkan  garam  sampai telur  mulai  terangkat  keperm ukaan,  kem udian  telur  diam bil  d an benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.


Tabel  1.  Varietas  unggul  padi  sawah  d an  beberapa  karakteristik
Penting

Varietas
Produktivitas (ton/ha) GKG
Umur Tanaman (hari)

Ketahanan terhadap
Hama dan penyakit

Tekstur
Nasi
IR-64
5,0-6,0
110 -120
Tahan WCK biotipe 1, 2, agak tahan WCK biotipe 3

Pulen
Ciherang
6,0-8,5
116 -125
Tahan WCK biotipe 2, agak tahan WCK biotipe
3, dan tahan HDB

Pulen
Ciliwung
5,0-6,0
117 - 125
Tahan WCK biotipe 1,2, WH, ganjur. Tahan Tungro dan HDB

Pulen
Mekongga
6,0-8,4
116 -125
Agak tahan WCK biotipe
2, 3, Agak tahan HDB
biotipe strain IV


Pulen
Cibogo
6,98-8,0
110 -125
Agak tahan WCK biotipe
1, Agak peka biotipe 2, 3

Pulen
Cigeulis
5,0-8,0
115 -125
Tahan WCK biotipe 2, 3, dan HDB strain IV

Pulen
Bondoyudo
6,0-8,4
110 -120
Tahan WCK clan tungro
Pulen
Batang
Gadis
6,0-7,6
97 -120
Tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher malai


Pera
Keterangan : WCK = Wereng Coklat; HDB = Hawar Daun Bakteri
o Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 It air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk  ZA  dalam  2,7  It  air), masukkan  benih  ke  dalam  larutan  garam  atau  pupuk  ZA  (Volume larutan 2 kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang.

Keuntungan menggunakan benih bermutu:
1.    Benih tumbuh cepat dan serempak

2.    Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat

3.    Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat

4.    Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi


Persemaian

Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ±
20  kg.  Benih  bernas  (yang  tenggelam)  dibilas  dengan  air  bersih  dan  kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48
jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air.
Untuk benih hibrida langsung direndam dalam  air  dan  selanjutnya  diperam. Luas  persemaian  sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam). Lebar bedengan

pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-cm
.



Gambar 2. Pencabutan bibit dipersemaian basah



Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah  kemarau  panjang,  pola  tanam,  jenis/tekstur  tanah. Dua  minggu  sebelum  pengolahan  tanah  taburkan  bahan  organik  secara merata  di  atas  hamparan  sawah.  Bahan  organik  yang  digunakan  dapat berupa pupuk kan d an g sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha.


Penanaman
Tanam   bibit   muda   <21   HSS   (hari   setelah   sebar),   sebanyak  1-3 bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1  bibit/rumpun  akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas gunakan  benih  18  HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sistem jejer legowo 2 :
1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm, karena populasi lebih banyak
dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan sistem jejer tegel (Tabel 2). Cara tanam berselang seling 2 baris tanam dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong (legowo 4 : 1), seperti terlihat pada Gambar
3.

Pengaturan  jarak  tanam  dilakukan  dengan  caplak,  dengan lebar antar titik 20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau 25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.


Keuntungan cara tanam jejer legowo :
    Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak.
    Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk mina padi.

    Pengendalian hama, penyakit  dan gulma lebih mudah.
    Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disenangi tikus
    Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam tegel (20 x 20 cm, 22 x 22 cm, 25 x 25 cm), maupun sistem tebar benih langsung, juga dapat digunakan dalam pendekatan PTT.

Tabel 2. Populasi tanaman per hektar pada berbagai jarak tanam


No

Cara Tanam
Populasi
tanaman tiap hektar
% terhadap
populasi model tegel
1
Tegel 20 x 20 cm
250.000
100
2
Tegel 22 x 22 cm
206.661
100
3
Tegel 25 x 25 cm
160.000
100
4
Legowo 2:1 (10 x 20 cm)
333.333
133
5
Legowo 3:1 (10 x 20 cm)
375.000
150
6
Legowo 4:1 (10 x 20 cm)
400.000
160
7
Legowo 2:1 (12,5 x 25 cm)
213.000
133
8
Legowo 3:1 (12,5 x 25 cm)
240.000
150
9
Legowo 4:1 (12,5 x 25 cm)
256.000
160







Gambar 3. Cara tanam model jejer Legowo 2 : 1 dan  4:1


Pengairan Berselang

Pem berian  air  berselang  (interm ittent)  adalah  pengaturan  kondisi sawah dalam kondisi kering  dan  tergenang  secara  bergantian.  Tujuan  pengairan berselang adalah:


1.    Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi, lebih luas
2.    Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak.
3.    Mencegah timbulnya keracunan besi.
4.    Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
5.    Mengak t if k an j as ad r enik ( mik r oba t anah) yang bermanfaat.
6.    Mengurangi kerebahan
7.    Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).
8.    Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9.    Memudahk an pembenaman pupuk k e dalam t anah (lapisan olah)
10.  Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi  terus.  Sejak  10  -15  hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekkan.


Pemupukan

Pemupukan  berimbang,  yaitu  pemberian  berbagai  unsur  hara  dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan  tingkat  hasil  yang  ingin  dicapai  dan  hara  yang  tersedia  dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg clan K sebanyak 17 kg. Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi,  sudah  barang  tentu  diperlukan  pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar  efektif  dan  efisien,  penggunaan  pupuk  disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.


Pupuk awal N diberikan pada umur padi sebelum 14 hst ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul  baru  sebanyak  5075  kg  urea/ha,  sedangkan  untuk  padi  tipe  baru dengan takaran 100 kg urea/ha.


Pembacaan BWD adalah sbb:
   Apabila warna daun berada pada skala 3 BWD, gunakan 75 kg urea/ha bila tingkat  hasil  5  ton/ha  GKG.  Tambahkan  25  kg  urea  untuk  kenaikan  setiap kenaikan 1 ton/ha

   Apabila warna daun mendekati skala 4 BWD, gunakan 50 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG. Tambahkan 25 kg urea untuk kenaikan setiap kenaikan 1 ton/ha.

   Apabila  warna  daun  pada  skala  4  BWD  atau  mendekati  skala  5  BWD tanaman   tidak   perlu   dipupuk   N   bila   tingkat   hasil   5-6   ton/ha   GKG. Tambahkan 50 kg/ha urea jika tingkat hasil di atas 6 ton/ha.

Selanjutnya gunakan Tabel 3 untuk menyesuaikan kebutuhan pupuk N
berdasar rata-rata tingkat hasil.
Tabel 3. Takaran urea susulan yang diperlukan  bila warns dawn di bawah nilai kritis
(<4 BWD) berdasar pengamatan tetap

Respon terhadap pupuk N


Rendah
Sedang                    Tinggi
Sangat   Tinggi
Pembacaan BWD

Rata-rata hasil (ton/ha GKG)


=5,0
=6,0                         =7,0
=8,0
Takaran Urea yang digunakan (kg/ha)
BWD<3
75
100
125
150
BWD 3,5
50
75
100
125
BWD > 4
0
0-50
50
50

Cara   pemberian   pupuk   N   dilakukan   dengan   cara   disebar   merata   di permukaan  tanah.  Pupuk  Urea  merupakan  pupuk  yang mudah larut dalam air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil  penelitian,  efisiensi  pupuk  N  dapat  ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi. Namun teknologi ini tidak mudah diterapkan petani.

Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Pengukuran status P dan K tanah dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu rendah (R), Sedang (S) dan tinggi (T). Dari masing-masing kelas status  P  dan  K  tanah  sawah  telah  dibuatkan  acuan  pemupukan  P  (dalam bentuk SP-36) dan K (dalam bentuk KCI) yang dapat dilihat pads Tabel 4 dan Tabel 5.

Ta b e l 4 . A c u a n u m u m p e m u p u k a n f o s f o r p a d a ta n a m a n p a d i sawah

Kelas status hara
P tanah
Kadar hara terekstrak
HCI 25% (mg
P205/100g)
Dosis acuan pemupukan
P (kg SP-36/ha)
Rendah Sedang Tinggi
<20
20-40
>40
100
75
50

Tabel 5. A cuan um um pem upukan kalium pad a tanam an padi sawah

Kelas status hara
K tanah
Kadar hara
Terekstrak HCI 25%
Dosis acuan
Pemupukan K( k g KC l / h a )
+ Jerami
- Jerami
Rendah Sedang Tinggi
<20
10-20
>20
50
0
0
100
50
50


Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi.
Pengendalian  gulm a  secara  m anual  dengan  menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya. Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.


Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu  m engganggu  keseim bangan  alam i  d an  tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan  kerusakan  tanaman  sehingga  penggunaan  teknologi  pengendalian  dapat lebih tepat.

Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah adalah :

a. Keong Mas

Waktu kritis untuk pengendalian keong mas adalah pada saat 10 HST pindah,  atau  21  HSS  benih  (semai  basah).   PHT   pada   keong   mas dilakukan sepanj ang pertanaman dengan rincian sebagai berikut:

o Pratanam: Ambil keong mas dan musnahkan sebagai cara mekanis.
o Persemaian: Ambil keong mas dan musnahkan, sebar benih lebih banyak
untuk sulaman dan bersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung.
o Stadia vegetatif: Tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit lebih banyak, keringkan sawah sampai 7 HST, tidak aplikasi herbisida sampai 7 HST, ambil keong mas dan musnahkan, pasang saringan pada pemasukan air, umpan  dengan  menggunakan  daun  talas  dan  pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada ajir, ambil d an mus nahk an t elur s iput pada t anaman d an aplikasikan pestisida anorganik dan nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada Caren.
o Stadia generatif dan setelah panen: Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan itik setelah padi panen


b. Wereng Coklat
Wereng coklat menyukai pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat. Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Cara pengendaliannya sbb:
    Gunakan  v arietas  tahan  wereng  coklat,  seperti:  Ciherang,  Kalimas, Bondoyudo, Sintanur, dan Batang gadis.
    Berikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan
    Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali.
    Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan i nsektisida  botani atau  jamur  ento - mopat ogenik  (Metarhizium  annisopliae  atau  Beauveria bassiana).
    Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.

c.   Penggerek batang

Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan pengge rek  batang adalah  dari  pembibitan  sampai  pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya  mengakibatkan   anakan   coati   yang   disebut   sundep   pada tanaman  stadia  vegetatif,  dan  beluk  (malai  hampa)  pada  tanaman   stadia generatif.  Siklus  hidupnya  40-70  hari.  Ambang  ekonomi  penggerek  batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting).
Bila   populasi   tinggi   (di   atas   am bang   ekonom i)    aplikasikan insektisida. Bila genangan air d an gkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.


d.  Tikus
Pengendalian  hama  tikus  terpadu  (PHTT)  didasarkan  pada  pemahaman ekologi   jenis   tikus,   dilakukan   secara   dini,   intensif   d an   t er u s   m enerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan  tepat  waktu.  Pengendalian  tikus  ditekankan  pada  awal  musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (tinier Trap Barrier System).


e. Walang Sangit

Walang  sangit  merupakan  hama  yang  umum  merusak  bulir   padi pada  fase  pemasakan.  Fase  pertumbuhan  tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah  dari  keluarnya  malai  sampai mat ang  s us u.  Kerusakan  y ang  ditimbulkannya  menyebabkan  bera s berubah warna dan mengapur, serta hampa. Cara pengendaliannya adalah:
    Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
    Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
    Tangkap walang sangit dengan m enggunakan faring sebelum stadia pembungaan.
    Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah  busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
    Apabila serangan suclang mencapai ambang ekonomi, lakukan penyemprotan insektisida.
    Lakukan penyemprotan pada pagi sekali atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.


f. Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)

Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna  kuning  sampai  putih  berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Cara pengendaliannya sebagai berikut :

   Gunakan varietas tahan seperti Conde dan Angke
   Gunakan pupuk nitrogen sesuai dengan kebutuhan tanaman
   Bersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi
   Jarak tanam jangan terlalu rapat
   Gunakan benih atau bibit yang sehat.

g. Penyakit Blast

Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Gejala khas pada daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat – lebar ditengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm berkembang  menj adi   berwarna   abu - abu   pad a   ba gian   tengahnya.  Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang. Cara pengendaliannya adalah:
o Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
o Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
o Upayakan  waktu  tanam  yang  tepat,  agar  waktu  awal  pembungaan  tidak banyak embun dan hujan terus menerus.
o Gunakan  fungisida  yang  berbahan  aktif  metil  tiofanat  atau fosdifen dan
kasugamisin.
o Perlakuan benih.

B. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo

Secara  umum  komponen  utama  pendekatan  model  PTT  padi  gogo adalah:  (1)  penggunaan  Varietas  unggul  (disarankan lebih dari satu varietas), (2) penambahan bahan organik tanah dan tindakan konservasi tanah, (3) pemupukan berimbang  sesuai  rekomendasi  setempat  d an  waktu  pemupukan  yang tepat,  dan  (4)  sistem  tanam  seperti  jajar  legowo dan memupuk dalam larikan untuk efisiensi pupuk.


Penggunaan Varietas Unggul
Beberapa Varietas padi gogo serta ciri-cirinya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ciri-Ciri Var
Pengolahan Tanah dan Cara Tanam

Sebaikny a  lakukan  pengolahan  tanah  dua  kali,  pertama  dilakukan pada awal hujan saat tanah lembab dan kedua dilakukan pada saat menjelang tanam.

Penanaman  sebaiknya  dilakukan  bila  curah  hujan  sudah  mulai  stabil atau mencapai 60 mm/10 hari. Hal ini biasanya terjadi antara akhir bulan Oktober sampai akhir bulan Nopember.  Sistem  tanam  sebaiknya  dengan  sistim  jajar legowo dengan jarak tanam 30 x 20 x 10 cm dengan 4 5 butir per lubang.


Pemupukan
Kunci keberhasilan dan keberlanjutan pengelolaan lahan kering adalah bagaimana   mempertahankan   atau   meningkatkan  kandungan  bahan  organik tanah yang berfungsi menyangga air dan hara yang dibutuhkan tanaman. Karena itu  pemberian  bahan  organik  baik  berupa  kompos  maupun  pupuk  kan d an g menj adi   k ehar us an   di   lahan   k er ing.   Pemberian  bahan  organik  tersebut dikombinasikan dengan pemberian pup uk N, P d an K secara berimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah. Berikut contoh penerapan PTT 


Tabel 7. Penerapan PT

Komponen Teknologi
Uraian
Varietas Unggul Cara tanaman benih Pupuk Organik
Pupuk kimia


Cara aplikasi pupuk
Jarak tanam
Limboto dan Situpatenggang
Ditugal, 5 butir/lubang
Pupuk kandang/kompos 2 - 4 ton/ha
- Urea 200 kg/ha 4 3 kali aplikasi
- SP-36 150 kg/ha
- KCI 75 kg/ha
Dalam larikan
20 x 20 cm


Pengendalian Hama dan Penyakit
Organisme dan pengganggu tanaman (OPT) pada pertanaman padi gogo hampir sama dengan pertanaman padi di lahan irigasi. Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering menyerang adalah: lalat bibit, penggerek batang dan hama lundi. Pada pertumbuhan lebih lanjut, hama penggerek batang dan penggulung  daun.  Bila  tanaman  sudah  mulai  keluar malai hama yang sering menyerang adalah hama kepik hij au d an walang sangit. Penyakit utama yang sering menyerang adalah blast yang dapat menyebabkan tanaman puso.
Adapun untuk mengurangi hama yang muncul di lapangan, perlu melakukan monitoring yang teratur agar keberadaan hama dan penyakit sejak dini dapat diketahui dan bila perlu dapat menggunakan pestisida yang sesuai.


PANEN DAN PASCA PANEN Panen
Lakukan panen saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar.
Potong padi dengan sabit gerigi, 30-40 cm di atas permukaan tanah. Gunakan plastik atau terpal sebagai alas tanaman padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Sebaiknya panen padi dilakukan oleh kelompok pemanen dan  gabah  dirontokan  dengan  power  tresher  atau  pedal  tresher.  Apabila panen   dilakukan   pada   waktu   pagi   hari   sebaiknya   pada   sore   harinya
langsung dirontokan. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras.


Pasca Panen
Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5-7 cm. Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali. Pada musim hujan, gunakan pengering buatan dan  pertahankan  suhu  pengering 500C untuk gabah konsumsi atau 420C untuk mengeringkan benih. Pengeringan dilakukan sampai kadar air gabah mencapai 12-
14% untuk gabah konsumsi dan 10-12% untuk benih. Gabah yang sudah kering dapat  digiling dan  disimpan.  Hal  penting  yang  perlu  diperhatikan  dalam penggilingan dan penyimpanan adalah:

1.   Untuk  mendapatkan  beras  kualit as  tinggi,  perlu  diperhatikan  waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%)
2.   Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas
hama, dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
3.   Sim pan gabah pada kadar air kurang 14% untuk konsumsi, dan kurang dari 13% untuk benih.
4.   Gabah   yang   sudah   disimpan   dalam   penyimpanan,   jika   akan  digiling,
dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air 12-14%.
5.    Sebelum  digiling,  gabah  yang  dikeringkan  tersebut  diangin-anginkan  terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.


ANALISA USAHATANI

Tabel 8.   Analisis biaya dan pendapatan usahatani padi sawah 
Uraian
Inbrida
Hibrida
Pola Petani
A. Pengeluaran



Sarana Produksi



- Benih
130.000
600.000
180.000
- Pupuk buatan
770.000
812.000
1.023.000
- Pupuk kanclang
80.000
80.000
-
- Pestisida
294.000
294.000
315.000
Tenaga Kerja



Persiapan lahan
900,000
900.000
900.000
Penyemaian
40.000
40.000
40.000
Penanaman
570.000
570.000
480.000
Pemupukan
48.000
48.000
100.000
Penyemprotan
400.000
400.000
300,000
- Panen
852.000
762.000
661.000
Jml Pengeluaran
4.084.000
4.506.000
3.999.000




B. PENERIMAAN



- Produksi (kg)
5.253
5.080
4.407
- Harga (kg)
1.900
1.900
1.900
- Nilai Hasil (Rp)
9.980.700
9.652.000
8.373.300
R/C ratio
2,44
2,14
2,09

Tabel. 9. Analisis biaya usahatani padi Gogo 

Kegiatan
Rata-rata
Biaya upah tenaga kerja
1.513.000
Biaya bahan
1.281.000
Biaya lain-lain
678.900
Total biaya
3.474.000
Pendapatan berdasarkan harga gabah saat panen
5.469.700
Produksi rats-rats GKG (t/ha)
5,690
B/C ratio
1,57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar