BPP Woja Jln. Lintas Wawonduru Kec. Woja Kabupaten Dompu, Tempat Berkumpulnya Para Penyuluh Pertanian dan Tempat Konsultasinya Pelaku Utama

Selasa, 26 November 2019

BUDIDAYA TUMPANGSARI JAGUNG DAN KEDELAI

PENDAHULUAN



Kabupaten Dompu sangat berpotensi untuk menghasilkan bahan pangan yang cukup dan bervariasi, dak hanya padi gogo tetapi juga jagung dan kedelai, bila dikelola menggunakan teknologi efekf dengan strategi pengembangan yang tepat. Pola tanam yang dikembangkan di lahan kering harus memperhitungkan tenggang waktu antara panen dan tanam yang sesingkat-singkatnya sehingga memungkinkan untuk meningkatkan intensitas tanam. Pola tanam di lahan kering dengan menerapkan sistem tanam tumpangsari lebih produkf karena populasi tanaman lebih banyak dan beragam. Dengan sistem tanam tumpangsari dapat mengurangi resiko kegagalan panen atau kerugian salah satu tanaman serta mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan usahatani. Sistem tanam tumpangsari dapat juga dilakukan di lahan sawah pada musim kemarau (MK I/MK II), yaitu dengan memperbaiki pola tanam palawija secara monokultur menjadi tumpangsari padi gogo dan jagung, padi gogo dan kedelai atau kedelai dan jagung.


BUDIDAYA TUMPANGSARI

KEDELAI DAN JAGUNG

Pada pertanaman tumpangsari kedelai dengan jagung, penanaman jagung secara tugal dilakukan setelah tanaman kedelai berumur 10 hari.

A. Varietas Kedelai dan Jagung

Varietas kedelai dan jagung dengan jarak tanam lebih rapat dan kondisi air terbatas, perlu menggunakan varietas yang memiliki karakterisk, antara lain : (a) toleran terhadap naungan, (b) toleran terhadap keterbatasan air/kekeringan, dan memiliki bentuk daun yang lancip (khusus untuk jagung).

Pada lahan sawah yang ditanam pada musim kemarau (MK I/MK II), varietas kedelai yang dianjurkan adalah Dena 1, Dena 2, Dering 1, Anjasmoro, Kaba, Grobogan, dan Devon, sedangkan di lahan kering pada musim hujan (MH) dianjurkan menggunakan varietas Dena 1, Dering 1, Deja 1, Anjasmoro, Dega 1, Argomulyo, Grobogan, dan Devon 1.

Untuk varietas jagung yang digunakan di lahan sawah (MK I/ MK II) adalah Lamuru, Bisma, Bima 2, Bisi 18, P-35, sedangkan di lahan kering (MH) adalah Lamuru, Sukmaraga, Bima 2, Bisi 18, P-27, NK-6172.

B. Pengolahan Tanah
  1.  Untuk lahan sawah, pengolahan tanah dapat dilakukan dengan olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT) dengan membersihkan lahan dari tunggul jerami dan rumput, menggunakan herbisida pra tumbuh.
  2. Pada lahan kering, sebelum turun hujan, tanah diolah dengan cangkul atau garpu dan diratakan.


C. Penanaman
  1. Setelah terjadi hujan 3 kali atau tanah dalam kapasitas lapang, dilakukan tanam kedelai secara tugal, 10 hari kemudian tanam jagung dalam tumpangsari dengan kedelai.
  2. Sistem tanam kedelai 3 baris dengan jarak tanam (30 cm x 15 cm) x 100 cm, populasi ta n a m a n m e n c a p a i s e k i ta r 1 1 1 . 1 0 0 tanaman/ha. Jagung ditanam dengan sistem tanam double row dengan jarak tanam (40 cm x 15 cm) x 160 cm, populasi tanaman mencapai sekitar 66.650 tanaman/ha.
  3. Jarak antar tanaman 50 cm.
  4. Barisan tanaman sebaiknya searah matahari, agar memperoleh cahaya matahari yang maksimal.
  5. Kebutuhan benih kedelai sebanyak 40 kg/ha dengan 2 biji per lubang, dan kebutuhan benih jagung sebanyak 20 kg/ha dengan 1 biji per lubang.
  6. Untuk lahan yang belum pernah ditanami kedelai. Sebelum tanam, benih kedelai perlu diinokulasi rhizobium dengan cara benih dibasahi dengan air secukupnya kemudian dicampur inokulan rhizobium diaduk secar merata.
D. Pemupukan

  1. Pemupukan menggunakan rekomendasi untuk jagung , sedangkan tanaman kedelai memperoleh manfaat dari pemupukan jagung.
  2. Dosis pupuk yang digunakan adalah 250 kg Urea/ha + 250 kg Ponska/ha + 1 ton pupuk organik/ha.
  3. Cara pemupukan kedelai + jagung: 1/3 bagian dosis pupuk Urea dan seluruh dosis pupuk Ponska diberikan setelah tanaman tumbuh berumur + 10 hari, kemudian 2/3 bagian dosis pupuk Urea sisanya diberikan setelah tanaman berumur 35 hari. Pupuk organik diberikan setelah tanam sebagai penutup lubang tanam.

E. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara manual, mekanis atau herbisida pra tumbuh (1 mst) dan pasca tumbuh (2 mst). Penyiangan I umur + 15 hari dan penyiangan II umur + 25 hari.

F. Pengendalian Hama Dan Penyakit

Menerapkan kaidah pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT), melipu :
  1. Pengelolaan/pemilihan varietas yang tepat, pengelolaan kultur teknis dan pengendalian biologis.
  2. Penggunaan pessida dilaksanakan bila populasi hama melampaui batas ambang kendali.


G. Panen
  1. Panen dilakukan pada saat matang fisiologis, yaitu untuk jagung bila biji telah mengeras dan membentuk lapisan hitam 50% dan klobot sudah mengering, dan untuk kedelai bila polong pada batang utama berwarna coklat dan 95% daun telah menguning.
  2. Panen kedelai dan jagung dapat dilakukan secara manual.
  3. Tongkol dan polong yang dihasilkan dikeringkan dengan dryer atau dijemur hingga mencapai kadar air sekitar 15%, dan untuk tongkol jagung dilakukan pemipilan serta polong kedelai dilakukan pembijian.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar