BPP Woja Jln. Lintas Wawonduru Kec. Woja Kabupaten Dompu, Tempat Berkumpulnya Para Penyuluh Pertanian dan Tempat Konsultasinya Pelaku Utama

Rabu, 26 Juni 2019

Sistem Pertanian Terpadu Atasi Persoalan Lahan

Keterbatasan lahan pertanian dan alih fungsi yang terjadi di kot-kota, semakin menurunkan tingkat produksi tanaman pangan. Akibat dari penyusutan lahan produktif, masyarakat kecil yang bergantung dari lahan pertanian, harus beralih profesi menjadi buruh atau tukang di sektor lain, semantara kesempatan atau pekerjaan di bidang industri, membutuhkan skill tertentu.
Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengusulkan empat strategi sistem pertanian yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan atau sistem pertanian terpadu (integrated farming system), untuk menopang keterbatasan lahan.
"Usulan tersebut sudah disampaikan dan tujuannya adalah untuk perbaikan nasib dan kesejahteraan petani Indonesia," ujar Dekan Fapet UGM, Prof Dr Ali Agus, di Yogyakarta, Jumat (22/2/2019).
Ali mengatakan, permasalahan stunting terjadi akibat kemiskinan yang dialami masyarakat Indonesia. Padahal, sekitar 60 persen penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan bekerja sebagai petani, buruh tani, pekebun, peternak dan nelayan.
Petani Indonesia, hanya memiliki lahan sempit, yaitu kurang dari 0,3 hektare (ha), terutama mereka yang berada di Pulau Jawa. Selain itu, sistem pertanian dalam negeri masih mengandalkan input produksi tinggi dan harga jual berfluktuasi. Akibatnya, petani berada dalam lingkaran kemiskinan yang tiada putus-putusnya.
Selain itu, lanjut Ali, di berbagai belahan dunia, kaum marjinal dan terpinggirkan yang hidup dalam kondisi keterbatasan, kemiskinan, bukan saja buruh petani yang tergantung dari lahan, tetapi juga nelayan.
Dengan sistem pertanian terpadu, kata Ali, tujuannya untuk memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan, yaitu setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomis. Baik keterpaduan pelaku, komoditas, maupun pengorganisasian.
"Ternak menjadi salah satu bagian penting karena menghasilkan bahan pangan berkualitas, sehingga menuju integrated farming system," kata Ali.
Adapun pertama yang perlu diperhatian adalah meningkatkan variasi sumber-sumber pendapatan petani. Kedua, menurunkan biaya produksi, dengan penggunaan bahan organik yang berasal dari ternak atau hasil sisa pertanian, akan sangat membantu untuk mempertahankan kesuburan tanah.
Ketiga, optimalisasi pemanfaatan lahan secara bijak. Sebab di dalam sistem pertanian terpadu, upaya-upaya intensifikasi tidak harus ditinggalkan guna mencapai produktivitas pertanian sebagai penghasil pangan dalam skala besar sepanjang tetap mempertahankan aspek konservasi lahan dan tanah.
Keempat, pengembangan kelembagaan yang terpadu, sebab keterpaduan tidak hanya dari segi teknis pertanian, tetapi juga kelembagaan yang mantap untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
"Selain itu, aspek biaya produksi dapat murah, kompetitif, dan terjangkau. Dengan demikian, sistem pertanian terpadu baik diaplikasikan pada lahan subur maupun lahan marjinal, akan mengoptimalkan fungsi lahan sehingga mampu membantu peningkatan pendapatan petani,"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar