BPP Woja Jln. Lintas Wawonduru Kec. Woja Kabupaten Dompu, Tempat Berkumpulnya Para Penyuluh Pertanian dan Tempat Konsultasinya Pelaku Utama

Senin, 12 Agustus 2024

DESKRIPSI INOVASI EKOENZIM


Ekoenzim diperoleh dari proses fermentasi anaerobik sisa / sampah buah-buahan dan sayuran dengan ditambah gula merah atau molase. Cara pembuatan Ekoenzim hampir sama dengan pembuatan kompos, namun bedanya yaitu pada Ekoenzim ditambahkan air dengan perbandingan air : sampah organik : molase (gula merah) sebesar 10 : 3 :1 dengan waktu fermentasi selama minimal 3 bulan (Deepak, Singh, & A.K, 2019). Mengingat pembuatan Ekoenzim mudah dan murah maka penggunaan ini lebih disukai oleh masyarakat (Harahap, Nurmawati, Dianiswara, & Putri, 2021). Ecoenzyme pertama kali dicetuskan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, yaitu seorang peneliti dari Thailand yang telah menekuni tentang Ekoenzim lebih dari 30 tahun (Tong & Liu, 2020). Digunakannya 30 % sampah organik sebagai bahan baku dalam pembuatan Ekoenzim merupakan hal yang menarik karena rekayasa ini dapat membantu permasalahan sampah organik. Di Indonesia volume sampah yang harus dikelola diperkirakan mencapai 64 juta ton setiap tahun. Bahkan di tahun 2020, dalam skala nasional dihasilkan 67.8 juta ton jumlah timbulan sampah (Aditya, 2020). Tambahan lagi, berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat 60% sampah organik yang mendominasi dari timbulan sampah di Indonesia (KLHK, 2017).

Pada awalnya Ekoenzim digunakan untuk perbaikan lahan pertanian, yaitu sebagai pupuk organik (Megah, 2018). Penggunan Ekoenzim dari kulit buah naga, buah terung dan buah apel yang dilarutkan 1 : 800 untuk penyiramanan tanah selama 4 minggu menunjukkan peningkatan kadar nitrogen dan zat hara yang berasal dari nutrient yang terkandung dalam Ekoenzim (Tong & Liu, 2020). Selanjutnya dimanfaatkan pula untuk pembersih lantai, pencucian sayur dan buah, pemberantasan hama dan serangga serta penyubur tanaman (Larasati, Astuti, & Maharani, 2020) , dapat juga digunakan sebagai bahan tambahan untuk anti mikroba dan membunuh virus & bakteri (Mavani et al., 2020) (Kumar et al., 2019) serta meningkatkan imunitas ikan Ekoenzim disebut juga sebagai zat organik yang sempurna untuk kebutuhan pembersih di rumah tangga (Dhiman-2017-EcoEnzyme for House-Hold Cleanser.Pdf, n.d.). Selain itu, Ekoenzim yang terbuat dari kulit buah semangka juga terbukti digunakan untuk pengawetan buah anggur, baik anggur merah maupun anggur hitam (Sari, Astuti, & Maharani, 2020) . Oleh karena itu, banyak masyarakat yang sudah mencoba membuat dan menggunakan eco-enzyme, baik untuk sekedar memenuhi hobi dan kebutuhan pribadi, namun ada juga untuk keperluan komersial. Penggunaan Ekoenzim di perairan danau dilaporkan berhasil meningkatkan pH dari 6.7 menjadi 7.2 dan berhasil menurunkan konsentrasi Total padatan terlarut (TDS) dari 884 menjadi 745 mg/L , serta menurunkan padatan tersuspensi (TSS) dari 121 menjadi 47 mg/L. Namun penggunaannya untuk menurunkan tingkat kesadahan dan kadar klorida tidak menunjukkan keberhasilan. Pengunaan Ekoenzim dengan konsentasi 0.5 % pada air drainase mampu menurunkan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dari 690 menjadi 231 mg/l dan Chemical Oxygen Demand dari 537 menjadi 384 mg/l, nitrat dari 5.54 menjadi 3.39 mg/L dan penurunan Coliform sebesar 10 % (Kumar et al., 2019).

 Ekoenzim ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik di Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Sehingga bisa dikatakan bahwa Eco Enzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air  yang memiliki spesifik warna coklat gelap serta aroma fermentasi asam manis yang kuat (Maurilla, 2022). 

Manfaat Ecoenzime

1.    Ekoenzim dapat dijadikan sebagai cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga, pertanian, dan juga peternakan. Pada dasarnya, Ekoenzim mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Cairan ini bisa menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif.

2.    Produk Ekoenzim biasa  digunakan sebagai desinfektan yang  mampu  membunuh bakteri dan jamur sehingga dapat digunakan sebagai pestisida.

3.    Selain itu juga dapat digunakan sebagai pembersih rumah tangga karena produk Ekoenzim yang dihasilkan mamberikan aroma asam yang segar. 

4.    Dari kelima produk Eco Enzyme  semuanya menghasilkan aroma asam. Aroma asam yang dihasilkan berasal dari asam asetat yang terdapat dalam cairan produk Ekoenzim tersebut. 

  Salah satu cara pembuatan Eco Enzyme dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah organik seperti kulit jeruk dan nanas. Adapun  bahan yang dapat disiapkan untuk pembuatan Eco Enzyme tersebut yaitu sebagai berikut (Maurilla, 2022)

Bahan Yang Dibutuhkan :

  1. 500 ml air
  2. 50 gram gula pasir (bisa juga menggunakan gula lain seperti gula merah)
  3. 150 gram kulit buah

Alat Yang Digunakan :

  1. Botol plastik bekas ukuran 1 liter
  2. Timbangan digital
  3. Corong

Langkah Pembuatan Ekoenzim :

  1. Gunakan wadah plastik, jangan pakai wadah logam karena kurang elastis.
  2. Masukkan 500 ml air ke dalam wadah plastik dan 50 gram gula.
  3. Masukkan sisa kulit buat atau sayur ke dalam wadah.
  4. Sisakan  ruang untuk proses  fermentasi sehingga wadah tidak perlu diisi dengan penuh. 
  5. Aduk perlahan isi wadah plastik yang sudah terisi dengan larutan air dan gula tidak perlu dikocok.
  6. Buka tutup wadah setiap hari selama 1 bulan pertama setelah diaduk. 
  7. Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi.
  8. Simpan  wadah di tempat dingin, kering, dan memiliki  ventilasi  yang baik. 
  9. Hindari sinar matahari langsung dan jangan disimpan di dalam kulkas.
  10. Setelah 3 – 6 bulan, panen Ekoenzim akan selesai dan dapat digunakan.

Catatan Penting Pembuatan Ekoenzim

Gunakan wadah yang bisa mengembang karena wadah akan terisi gas, maka dari itu perlu dibuka secara berkala untuk mengeluarkan gas.

  1. Sampah untuk membuat enzim tidak termasuk kertas, plastik, logam atau bahan kaca.
  2. Hindari makanan berminyak, ikan atau sisa daging (bisa digunakan sebagai bahan kompos kebun). Untuk membuat enzim berbau segar, tambahkan kulit jeruk/lemon atau daun pandan, dan lainnya. 
  3. Warna ideal dari Ekoenzim adalah coklat gelap. Jika berubah menjadi hitam, tambahkan gula dalam jumlah yang sama untuk memulai proses fermentasi lagi.
  4. Mungkin memiliki lapisan putih, hitam atau coklat di atas enzim, abaikan saja. Jika Anda menemukan lalat dan cacing dalam wadah, biarkan dan reaksi kimia enzim akan melarutkannya secara alami.
  5. Ekoenzim tidak akan pernah kadaluwarsa. Jangan simpan di kulkas.

Indikator Ekoenzim bereaksi dengan baik !

Adapun indikator penentu baik tidaknya reaksi dalam Ekoenzim yaitu sebagai berikut (Dinas Pertanian & Pangan Kabupaten Demak, 2021) : 

  1. Warnanya cerah sesuai dengan bahan yang kita gunakan. Namun warna ini akan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tergantung dengan bahan yang kita gunakan. Bahkan jika bahan yang digunakan sudah sama namun micro organisme yang berbeda akan menyebabkan warna yang berbeda.
  2. Aromanya sesuai dengan bahan (tidak berbau busuk).
  3. Ada jamur putih. Kalau jamurnya hitam berarti gagal, dan kita harus segera memulihkannya dengan cara menambahkan gula ke dalam wadah sesuai takaran semula.
  4. Setiap hari dalam bulan pertama sebaiknya dibuka untuk mengeluarkan gas. Pada saat membuka tempat Ekoenzim, jika ada bahan yang tidak tenggelam maka dapat kita aduk dan tekan bahan hingga tenggelam ke dalam air.

Melalui edukasi pembuatan Ekoenzim pada masyarakat tentang bagaimana memaksimalkan pengolahan sampah ini, diharapkan masyarakat lebih paham dan menyadari bahwa limbah sampah organik yang dihasilkan itu dapat diolah kembali sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan hasil dari pemubuatan Ekoemzim ini dapat digunakan sebagai pupuk organic alternatif untuk menmbantu petani memnuhi kekurangan pupuk anorganik 


INISIATOR INOVASI (PENULIS)   :   ALIMUNUR, SST  ( PPL WKPP KELURAHAN SIMPASAI )